Peran Lulusan STIT Babussalam dalam Mengintegrasikan E-Learning di Aceh Tenggara

·

·

Di era Revolusi Industri 4.0, pendidikan dituntut untuk bergerak melampaui batas ruang kelas fisik. Bagi madrasah di Aceh Tenggara, digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk memastikan kualitas pembelajaran tetap relevan dan kompetitif. STIT Babussalam secara proaktif mempersiapkan calon guru dan manajer pendidikan untuk memimpin transformasi ini, terutama melalui pemanfaatan Sistem E-Learning.

Kami mencetak pendidik yang mampu mengintegrasikan ilmu keislaman (Tarbiyah) dengan teknologi modern, menciptakan Madrasah Digital yang efisien dan interaktif.

1. Transformasi Metode Pembelajaran PAI dan PGMI

Lulusan STIT Babussalam dibekali keterampilan untuk mengubah materi pelajaran tradisional menjadi konten digital yang menarik:

  • Pembelajaran Campuran (Blended Learning): Guru dilatih untuk menggabungkan sesi tatap muka (on-site) dengan kegiatan daring (online), memungkinkan materi PAI (Pendidikan Agama Islam) dan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) diakses kapan saja.
  • Media Pembelajaran Interaktif: Mengembangkan video edukasi, podcast kisah Islam, dan kuis online untuk mata pelajaran agama, membuat proses belajar Al-Qur’an dan Hadis menjadi lebih menarik bagi siswa generasi digital.
  • Pengelolaan Learning Management System (LMS): Mahasiswa mahir menggunakan platform LMS (seperti Moodle atau Google Classroom) untuk mengunggah materi, mengelola tugas, dan memberikan umpan balik secara efisien.

2. Digitalisasi Manajemen Madrasah

Bagi lulusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI), penguasaan teknologi adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi lembaga:

  • Sistem Informasi Akademik (SIA): Menguasai penggunaan SIA untuk mengelola data siswa, nilai, kehadiran guru, dan jadwal pelajaran secara terpusat, mengurangi birokrasi manual.
  • Komunikasi Digital Sekolah-Orang Tua: Menerapkan aplikasi komunikasi untuk mempermudah laporan perkembangan siswa, notifikasi kegiatan sekolah, dan musyawarah orang tua, meningkatkan keterlibatan wali murid.
  • Manajemen Keuangan Digital: Menerapkan sistem akuntansi sederhana berbasis spreadsheet atau aplikasi keuangan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana operasional madrasah.

3. Mengatasi Kesenjangan Digital (Digital Divide) di Aceh Tenggara

Peran lulusan STIT Babussalam tidak hanya sebatas penggunaan teknologi, tetapi juga sebagai agen pemerataan akses:

  • Pelatihan Komunitas: Mengadakan pelatihan singkat bagi guru-guru senior dan orang tua di sekitar Aceh Tenggara tentang literasi digital dasar dan penggunaan perangkat e-learning.
  • Inovasi Low-Bandwidth: Merancang solusi e-learning yang tetap dapat diakses di daerah dengan koneksi internet terbatas (low-bandwidth), memastikan inklusivitas digital.

STIT Babussalam mencetak pendidik yang siap membawa madrasah di Aceh Tenggara menuju era digital, menjadikan teknologi sebagai alat untuk menyebarkan ilmu dan kebaikan (da’wah bil technology).



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *