Pendidikan inklusif adalah sebuah komitmen untuk memastikan bahwa setiap anak, tanpa memandang latar belakang, kondisi fisik, atau kesulitan belajar, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Bagi institusi Islam seperti STIT Babussalam, prinsip inklusif ini berakar kuat pada nilai-nilai kasih sayang (rahmah) dan keadilan dalam ajaran Islam.
STIT Babussalam menyadari bahwa lulusan PAI dan PGMI akan menjadi guru yang menghadapi kelas dengan keragaman yang tinggi. Kami menyiapkan pendidik yang mampu menciptakan madrasah dan sekolah yang benar-benar ramah semua anak.
1. Dasar Teologis Inklusivitas
Dalam Islam, setiap manusia adalah ciptaan Allah yang mulia (karamatu bani Adam). Konsep ini menjadi fondasi bagi praktik inklusif:
- Keadilan (Adl): Guru harus memberikan perlakuan dan kesempatan yang adil kepada setiap siswa, menyesuaikan metode pengajaran (diferensiasi) sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing.
- Kasih Sayang (Rahmah): Menumbuhkan empati dan kepedulian di kelas. Guru dididik untuk melihat kesulitan siswa (baik yang berkaitan dengan disabilitas, ekonomi, atau emosi) sebagai tantangan yang harus diatasi bersama dengan penuh kasih.
2. Keterampilan Diferensiasi untuk Guru PAI dan PGMI
Lulusan STIT Babussalam dilatih dengan keterampilan praktis untuk mengimplementasikan inklusivitas di ruang kelas:
- Modifikasi Pembelajaran: Mahasiswa belajar cara memodifikasi materi PAI dan PGMI agar mudah diakses oleh siswa dengan kebutuhan khusus (misalnya, menggunakan alat bantu visual atau menyesuaikan tugas).
- Manajemen Perilaku Positif: Menguasai teknik-teknik untuk menciptakan lingkungan kelas yang suportif, di mana bullying dan diskriminasi tidak mendapatkan tempat.
- Kolaborasi Multidisiplin: Guru dilatih untuk bekerja sama dengan orang tua, psikolog sekolah, dan terapis, memastikan kebutuhan holistik siswa terpenuhi.
3. Pendidikan Inklusif dalam Konteks Lokal Aceh Tenggara
Pendidikan inklusif di STIT Babussalam juga berarti mengakomodasi keragaman sosial dan ekonomi di wilayah Gayo Alas:
- Peka Sosial: Guru harus peka terhadap siswa dari latar belakang ekonomi sulit dan memastikan bahwa biaya pendidikan atau materi ajar tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersekolah.
- Keterlibatan Masyarakat: Mengajak komunitas untuk mendukung program inklusif, menjadikan madrasah sebagai pusat yang menyatukan semua lapisan masyarakat.
STIT Babussalam mencetak guru yang memiliki komitmen kuat terhadap ajaran Islam yang humanis dan transformatif, mengubah kelas menjadi ruang belajar yang aman, setara, dan memberdayakan bagi setiap anak.


Leave a Reply