Krisis Moral Generasi Muda di Era Digital: Tantangan dan Peran Pendidikan Islam

·

·

Di tengah kemajuan teknologi yang luar biasa, Indonesia sedang menghadapi tantangan serius: krisis moral dan degradasi karakter di kalangan generasi muda. Fenomena seperti ujaran kebencian di media sosial, budaya konsumtif, serta menurunnya empati sosial menjadi tanda bahwa pendidikan modern belum sepenuhnya membentuk manusia beradab — hanya berpengetahuan.

Dalam konteks inilah, pendidikan Islam memiliki peran yang sangat strategis. Lembaga seperti STIT Babussalam Aceh Tenggara memandang pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan proses pembentukan iman, akhlak, dan intelektualitas secara seimbang. Spirit Babussalam — “Gerbang Kedamaian” — menuntun mahasiswa untuk tidak hanya cerdas berpikir, tetapi juga lembut hati dan kuat dalam prinsip moral.

Tantangan Era Digital: Antara Informasi dan Disinformasi

Internet membuka akses luas pada ilmu pengetahuan, tetapi juga menghadirkan banjir informasi yang sulit dikendalikan. Banyak mahasiswa hari ini belajar lebih banyak dari TikTok ketimbang dari buku. Hal ini menuntut pendidik untuk menghadirkan pembelajaran yang adaptif namun tetap berlandaskan nilai Islam agar peserta didik mampu memilah mana yang benar, mana yang maslahat.

STIT Babussalam menjawab tantangan itu melalui pendekatan teknologi dan literasi digital berbasis etika Islami. Pembelajaran digital di kampus tidak hanya menekankan kemampuan teknis, tetapi juga menanamkan kesadaran moral dalam setiap interaksi daring. Literasi media, dalam perspektif Islam, menjadi bagian dari jihad intelektual di era modern.

Peran Perguruan Tinggi Islam

Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, perguruan tinggi Islam seperti STIT Babussalam berperan ganda: mencetak pendidik profesional dan menjadi benteng nilai moral bangsa. Melalui Pusat Kajian Moderasi Beragama, mahasiswa diajak memahami Islam yang damai dan kontekstual—menolak ekstremisme, tapi juga melawan hedonisme budaya populer.

Kampus juga menumbuhkan iklim spiritual melalui asrama dan kegiatan kemahasiswaan yang menekankan pembiasaan ibadah, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial. Nilai-nilai ini kelak mencetak guru dan pendidik yang bukan hanya kompeten di kelas, tetapi juga menjadi teladan di masyarakat.

Menyatukan Iman, Ilmu, dan Akhlak

Krisis moral bukan hanya masalah eksternal, tetapi tantangan internal yang menuntut pembaruan paradigma pendidikan. STIT Babussalam menegaskan pentingnya integrasi iman, ilmu, dan akhlak sebagai fondasi menghadapi era digital yang semakin kompleks. Pendidikan yang berkarakter Islami tidak menolak modernitas — justru mengarahkan teknologi agar menjadi alat kebaikan.


Dengan komitmen membangun generasi berilmu, beriman, dan berakhlak mulia, STIT Babussalam Aceh Tenggara terus menjadi pelopor pendidikan Islam yang relevan dengan zaman tanpa kehilangan arah spiritual. Di tengah derasnya arus digitalisasi, kampus ini berdiri sebagai mercusuar moral: mengajarkan bahwa kemajuan sejati adalah ketika akal dan hati berjalan seiring dalam cahaya kebenaran.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *